- Detail
- Ditulis oleh Admin
23/06/2020
Setelah kelompok usaha wanita penjual gorengan di Batuplat, kali ini YAGAT mengunjungi sebuah kelompok wanita usaha salon di Alak, Kota Kupang yang beranggotakan 12 orang wanita. Kelompok ini diinisiasi oleh Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi NTT beberapa tahun yang lalu.
Dari hasil kunjungan YAGAT, ditemukan beberapa permasalahan seperti berkurangnya anggota dan tingkat kepercayaan mereka.
Seiring berjalannya waktu, anggota kelompok semakin berkurang, akibat jarak antara rumah anggota berjauhan. Seorang ibu harus datang ke tempat pertemuan bulanan yang berjarak kurang lebih 10 km dari kediamannya. Hal seperti ini menjadi salah satu penyebab semakin berkurangnya anggota. Selain itu, menurunnya tingkat kepercayaan anggota kepada pengurus menjadi penyebab yang paling krusial.
- Detail
- Ditulis oleh Admin
02/07/2021
Salah satu superfood justru sudah ada di depan hidung masyarakat NTT. “Kelor (Moringa Oleifera) atau marungge akan menjadi superfood hanya lewat penanganan yang tepat”, ujar seorang fasilitator dalam pelatihan pengelolaan kelor.
Penanganan yang dimaksud ialah dari proses pemanenan, peluruhan daun, hingga pengeringan dan penggilingan melalui standar operasi tertentu. UKM en.te berkesempatan untuk mengikuti Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Produk dari Kelor bagi IKM di Kabupaten Kupang 17-19 November 2020 di Dapur Kelor, Kupang. Kegiatan ini diadakan oleh DISPERINDAG Kabupaten Kupang yang difasilitasi oleh Dapur Kelor, salah satu IKM (Industri Kecil Menengah) yang fokus pada penyediaan bahan baku produk olahan kelor di Kabupaten Kupang.
Lewat bimtek ini, UKM en.te memperoleh informasi seputar perkembangan usaha kelor di provinsi NTT mulai dari model bisnis kelor hingga strategi pemasaran kelor. Selain itu, en.te juga memperoleh gambaran mengenai produk olahan makanan berbahan dasar kelor yang kekinian seperti moringa desert box oreo, moringa foam pudding, moringa chicken katsu, dll.
Ternyata masih banyak lini usaha kelor yang belum dikelola dengan baik, misalnya pada proses pasca-panen. Lini pasca-panen inilah yang perlu dikembangkan oleh para pelaku IKM.
- Detail
- Ditulis oleh Admin
02/07/2021
Dampak pandemi Covid-19 sangat dirasakan oleh tenaga kerja perempuan sektor informal. Kelompok perempuan penjahit dampingan UKM en.te juga merasakan hal yang sama. Orderan jahitan yang mereka terima kian hari kian menurun alhasil pendapatan rumah tangga juga ikut melorot selama pandemi.
“Biasanya kita setiap hari ada 5 sampai 8 orderan yang kita kerja, seperti kasih kecil baju, rombak celana, dll. Tapi sejak lock-down ini orang tidak datang. Dapat satu order dalam satu hari saja sudah cukup”, demikian keluh salah satu anggota kelompok tentang pendapatannya yang kian hari kian turun.
Beruntungnya, di tengah situasi seperti ini UKM en.te berhasil menjalin kerja sama dengan Handicap International di Kupang untuk mengadakan 4.950 unit masker. Bersama 30 orang penjahit lainnya UKM en.te berhasil menyelesaikan orderan ribuan masker tersebut dalam waktu kurang lebih dua bulan.
Sistem bagi hasil 80:20 antara UKM en.te dan para anggota penjahitnya membuat semua penjahit di dalam kelompok merasa sangat puas. Rata-rata penjahit mendapatkan upah sebesar satu juta rupiah atau sesuai dengan banyaknya masker yang berhasil mereka selesaikan.
- Detail
- Ditulis oleh Admin
Jumat (5/6) YAGAT melakukan pertemuan awal untuk berkonsolidasi dengan kelompok perempuan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi NTT. Pertemuan ini hadiri oleh 5 kelompok perempuan yang dibentuk oleh DP3A pada tahun 2019. Kelima kelompok ini tersebar di beberapa titik dalam Kota Kupang, yaitu di Alak, Pasir Panjang, Maulafa, dan Kolhua. Pertemuan yang berlangsung di Aula Kantor DP3A ini menjadi langkah awal bagi YAGAT dalam kemitraan dengan DP3A Prov NTT untuk program pendampingan kelompok perempuan korban kekerasan, perempuan migran dan kelompok rentan yang berada di Kota Kupang.
Dokter Tres Ralo, Kepala Bidang Peningkatan Kualitas Keluarga DP3A, secara resmi memperkenalkan Yagat kepada kelompok ibu yang hadir dan berharap Yagat dapat mendampingi kelompok-kelompok perempuan yang ada sampai mereka bisa menjadi kelompok mandiri dan kuat secara ekonomi.
YAGAT memulai pendampingan kelompok ibu DP3A dengan pengidentifikasian kelompok dan anggotanya. Kelompok-kelompok perempuan ini memiliki usaha masing-masing di bidang kuliner dan kecantikan. Ibu Nirmala, misalnya, yang menjalankan usaha membuat jagung goreng, dan Ibu Mia yang menjalankan usaha salon dan spa. Beberapa tahun berjalan usaha-usaha rumahan mereka cukup menjanjikan. Namun, ada beberapa kendala yang mereka temukan. Misalnya, peralatan yang rusak atau hilang, kelompok yang terbengkali karena tidak saling percaya. Ditambah lagi dengan dampak pandemi Covid-19, maka lengkaplah kehancuran kelompok. Berbagai persoalan ini menjadi tantangan bagi Yagat dan DP3A Prov. Untuk mendampingi, menguatkan dan mendorong kelompok-kelompom ini agar bisa lebih maju di masa-masa yang akan datang.
Subkategori
Halaman 9 dari 10