18/Desember/2021

Rumput laut jenis Eucheuma cottonii memiliki peluang usaha masyarakat pesisir di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hingga tahun 2021, luas kawasan yang digarap petani untuk rumput laut adalah 11.000 ha dari total 54.000 ha atau sekitar 20,3%.

Secara iklim wilayah laut NTT sudah mendukung untuk melakukan budidaya rumput laut, khususnya jenis cottonii. Curah hujan yang rendah, kuatnya sinar matahari dan pantai berkarang merupakan prasyarat untuk budidaya rumput laut. Keadaan perairan di NTT sudah ‘terberikan’ keadaan ekologis yang demikian, sehingga sudah jelas bahwa rumput laut dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan alternatif masyarakat pesisir.

Dengan asusmsi modal sebanyak Rp 1 juta untuk mengadakan 5 tali ris rumput laut seorang petani sudah bisa memanen sekitar 500-600 kg rumput laut segar dalam waktu sekitar 30-45 hari. Rumput laut segar bisa langsung dijual dengan harga berkisar antara Rp 15.000-17.000/kg, maka seorang petani mampu mendapatkan sekitar Rp 9-10 juta dalam waktu relatif singkat.

Melihat potensi ekonomi yang luar biasa tersebut YAGAT bersama NZ-AID melalui Head of Embassy Fund 2021 berencana untuk melakukan intervensi budi daya rumput laut di pesisir utara Kabupaten Flores Timur. Selain menargetkan peningkatan ekonomi, program ini juga dirancang untuk memberikan dampak ekologis yang positif melalui usaha konservasi kawasan pesisir. Seluruh komponen masyarakat, mulai dari anak sekolah hingga petani dan nelayan akan dilibatkan secara aktif dalam kegiatan ini.

 

Gambar Eucheumu cottonii
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Eucheuma