01/05/21

Pada 17 - 18 Maret bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT (DP3A), YAGAT melaksanakan kegiatan Penguatan Ekonomi Perempuan Marginal di desa Humusu-Wini, Kabupaten Timor Tengah Utara. Peserta yang hadir adalah ibu-ibu yang kebanyakan adalah perempuan kepala keluarga (janda).

 “Hidup memang berat namun harus terus dijalani, seberat apapun itu”, keluh beberapa peserta sampai berurai air mata.

 Beban para ibu akan menjadi ringan bila berkelompok. Para ibu umumnya berprofesi sebagai penenun. Di saat pandemi seperti ini mereka mengakui bahwa tantangan terbesarnya ialah pemasaran. Namun ketika dunia bergegas ke pemasaran online, kelompok rentan di desa ini tak punya telepon seluler. Jangankan handphone android, hp senter (Nokia) pun belum semua memilikinya.

 Mereka sungguh kelompok marginal yang berada jauh di akar rumput. Tawaran bekerjasama dalam kelompok untuk saling membantu adalah suatu alternatif yang disambut dengan antusias. Tentunya kelompok perempuan marginal ini akan terus didampingi menuju kemandirian dan keberlanjutan agar bisa mengubah air mata derita menjadi senyum sukacita.

Supaya mampu mandiri dan berkelanjutan syarat utama adalah saling percaya, kompak dan bekerja sama. Dibutuhkan pengurus, pemimpin yang handal yang mampu merangkul semua anggotanya agar bersama sama mencapai tujuan. Dalam roleplay latihan memimpin rapat, semua peserta semangat dan berani mengungkapakan pendapat. Berani bicara dalam kelompok kecil memupuk nyali untuk berani maju berbicara di depan kelas.

Rencana Tindak Lanjut yang telah dibuat adalah komitmen untuk memulai dari diri sendiri dan bersama kelompok maju menuju sejahtera. YAGAT, DP3A dan kelompok perempuan akan terus berjejaring menenun kain kehidupan dangan motif cinta kasih.

 

Foto 1. Seorang ibu sedang bercerita tentang keseharian hidupnya.