Cetak

28/Februari/2022

Perlahan-lahan YAGAT mulai memasuki sub-tema baru dalam tema Gender Equality, Disability and Social Inclusionatau sering disebut GEDSI. Sebelumnya fokus intervensi pada gender equality, kini YAGAT mulai merambah ke isu disabilitas dan inklusi sosial.

Tema tersebut diperkenalkan oleh rekan organisasi bernama GARAMIN, sebuah Civil Society Organisation (CSO) yang sudah sangat lama bergerak dalam program advokasi hak-hak disabilitas untuk iklusi.

Direktur dan staf YAGAT mendapatkan kesempatan untuk memperluas perspektif pembangunan. Dalam rangkaian Training of Trainer Modul Pelatihan Disabilitas dan Lansia 24-26 Februari 2022, yang digelar GARAMIN bersama Komnas Perempuan Republik Indonesia, personel YAGAT mendalami berbagai teknik berkomunikasi yang tepat kepada ragam disabilitas fisik seperti netra dan bisu. Salah satu poin penting dalam komunikasi dengan rekan-rekan difabel adalah assertive communication yaitu berkomunikasi dengan dengan prinsip 3C – comfortable, confidenceand clear. Hal ini disampaikan oleh Ka Rika dari Rumah Perempuan NTT. Ia menyampaikan bahwa ketika berkomunikasi dengan rekan difabel, kita perlu menciptakan situasi yang nyaman dan kondusif (comfortable) dan memastikan hal yang kita sampaikan jelas dan dapat dipahami.

Pada kesempatan sebelumnya YAGAT juga telah mengikuti 2 kegiatan yang diadakan oleh Humanity & Inclusion dan CIS Timor, yakni Pelatihan Washington Group Questions (WGS) pada Desember 2021 dan talkshow mengenal ragam disabilitas netra pada bulan Januari 2022. Tentu semua rangkaian kegiatan ini semakin memperdalam pengetahuan dan sensitivitas personel YAGAT dalam melakukan intervensi program pembangunan di lapangan.

 

 

Gambar 1. Ibu Direktris YAGAT mendapatkan Hadiah

Gamber 2. Suasana Kegiatan